skep Pneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang
diarahkan kepada peningkatan kemampuan untuk hidup sehat dan dapat menolong
diri sendiri. Pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kualitas manusia
sebagai sumber daya yang secara terus menerus dapat ditingkatkan dari aspek
jasmani, spiritual dan berkepribadian. Begitu juga halnya dengan program
pemberantasan penyakit. Salah satu pokok kegiatan adalah meningkatkan kemampuan
masih untuk menolong dirinya sendiri baik dalam mencegah menemukan dan menghilangkan
kesakitan, kematian maupun sebab akibat buruk dari suatu infeksi penyakit
pneumonia termasuk infeksi pada saluran pernafasan (SKRT, 1995).
Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkimparu, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup
bronkiolusrespiratorus dan alvioni serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat, penyakit ini merupakan penyakit yang
menyerang pernapasan dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini merupakan
penyakit mematikan nomor 3 di Indonesia. Sehingga jika penyakit ini lambat
ditindak maka pembangunan kesehatan di Indonesia akan susah dilanjutkan.
Oleh karena itulah kami
selaku penulis membahas tentang asuhan keperawatan pneumonia dengan harapan
mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
dapat mengatasi dan mencegah keakutan penyakit pneumonia ini.
1.2. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada klien pneumonia.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui konsep dasar pneumonia.
b.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada klien
pneumonia yang meliputi : pengkajian, diagnosa dan intervensi.
c.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien pneumonia yang
meliputi : pengkajian dan evaluasi.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan
makalah ini adalah untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang pneumonia,
disini diharapkan agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pneumonia. Di
samping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah “Sistem Respirasi”.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1.Konsep Dasar
Teori
2.1.1.
Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkimparu, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup
bronkiolusrespiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat pada pemeriksaan histologist terdapat
pneumonitis atau reaksi inflamantasi berupa alveolitis dan pengumpalan eksudat yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka yang bervariasi
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi
ini terjadi akibat adanya infeksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi
yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis adalah beberapa keadaan yang
mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya,
kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain.
Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran
pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997).
Pneumonia adalah penyakit
inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat
yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah
pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan
disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.Ventilator
associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam
setelah pemasangan intubasi endotrakeal.(http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.html).
Pneumonia atipik adalah pneumonia
yang memberikan gambaran klinis dan radiologis yang berbeda dengan bentuk
pneumonia tipikal. gambaran klinis dan radiologis yang khas dari pneumonia
tipikal adalah berupa munculnya demam tiba-tiba disertai menggigil, nyeri
pleura dan batuk berdahak berwarna seperti karat (rust colored sputum) dan
disertai gambaran radiologis berupa konsolidasi segmental ataupun lobular.
Penyebab paling sering pneumonia atipik ini adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophilla dan Virus Influenza tipe A dan B.
Ternyata saat ini diyakini bahwa kuman penyebab pneumonia atipik ini mampu
menimbulkan penyakit yang berat dan dapat mengenai segala usia, hal ini merubah
image selama ini yang menyatakan bahwa kuman ini hanya menimbulkan gejala
penyakit yang ringan. Infeksi oleh kuman atipik ini juga diyakini dapat
mempermudah terjadinya koinfeksi dengan kuman tipikal (biasanya dengan
Streptococcus pneumoniae) dan adanya infeksi campur ini menyebabkan tingginya
angka kematian. Pengobatan terhadap pneumonia atipik ini adalah dengan
pemberian Makrolid, Fluoroquinolone atau Tetrasiklin. (http://www.researchgate. net/publication/42321159_Pneumonia_Atipik)
2.1.2.
Etiologi
Pada umumnya infeksi
pneumonia disebabkan oleh :
1.
Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme gram (+)
atau gram (-) seperti : streptococcus pneumonia (pneumokokus), streptococcus
piogenas, staphylococcus aureus, uepsina pneumonia legionella, hemopylus
influenza.
2.
Virus
Influenzae virus, para influenzae virus, respiratory,
syakyatial adenovirus, chiken-dox (cacar air), rhonvirus, stomegalovirus, virus
hervessimpleks, virus sinial pernafasan, hankavirus.
3.
Fungi
Aspergilus, fikomisafer, biastomiases, dermatitidis,
histoplasma, kapsulatum (http://medicastore.com/mad/subkatagori-pjk.php, 2007).
Selain
disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga disebabkan oleh bahan-bahan lain atau
non infeksi :
1.
Pneumonia lipid : disebabkan karena aspirasi minyak mineral.
2.
Pneumonia kimiawi: inhalasi bahan-bahan organik dan
bahan-bahan anorganik atau kimia seperti beryllium.
3.
Ekstrinsik allergikalveoris : inhalasi bahan debu yang
mengandung allergen seperti sporaaktinomisitastermofilik yang terdapat pada
ampas debu di pabrik gula.
4.
Pneumonia karena obat : nikofurantoinbakufanmatonasat.
5.
Pneumonia karena radiasi.
6.
Pneumonia dengan penyebab tak jelas
(Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
2.1.3.
Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi
akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap
masuk ke paru-paru, penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain
misalnya di kulit, jika melalui pernapasan/saluran pernapasan, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawani oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya dengan batuk-batuk atau pertahanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan
mukus (lendir) tersebut keluar, tentu itu semua tergantung besar kecilnya
ukuran penyebab tersebut (keperawatan medikal bedah Barbara C. Long).
Pneumonia bakteri menyerang
baik ventilasi maupun difusi, serta reaksi inflamasi yang dilakukan oleh
pneumotoraks terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan
dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan
neutrofil juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang cukup karena
sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsialbronki atau
alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke
sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpiraudari
sisi kanan ke sisi jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom pneumonia atipikal,
pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit
legionnaires; pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah
penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah
organisme yang kecil di kelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel,
organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus.
Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah kesat dan
dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan
ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak individu ke
individu, pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasiinfiltrat lebih kepada interstisial ketimbang
alveolar, pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk
bronkiolus, secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri bronkopneumonia, sakit
telinga dan meningitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia
atipikal dapat menimbulkan masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi
seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
2.1.4.
Web of Causion (WOC)
|
|
|
2.1.5.
Manifestasi Klinis
Pneumonia bacterial
(pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5o-40,5o) (101oF-105oF).
dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan
batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25-45x/menit) disertai
pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung dan penurunan otot-otot aksesori pernapasan.
Pneumonia atipikal beragam
dalam gejalanya tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok) dan awitan gejala
pneumonia bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tinggi
rendah, nyeri pleuritis, miamia, ruam dan faringitis, setelah beberapa hari,
sputum mukola atau mukopurulen dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan
(bounding) nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan
satu derajat celcius.
Gejala penyakit pneumonia
biasanya didahului infeksi saluran pernapasan. Saluran napas atau akut selama beberapa
hari selain didapatkan menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40oC,
sesaknafas, nyeri dada dan batuk dengan dahakkental terkadang dapat berwarna
kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita ditemui gejala lain seperti nyeri
perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala.
Tanda dan gejala berupa :
1.
Batuk non produktif.
2.
Ingus (nasal discharge)
3.
Suara napas lemah
4.
Retraksiintercosta
5.
Penggunaan otot bantu napas
6.
Demam
7.
Ronchii
8.
Cyanosis
9.
Thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar
10. Batuk
11. Sakit kepala
12. Kekakuan dan nyeri otot
13. Sesaknafas
14. Menggigil
15. Berkeringat
16. Lelah .
(Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
Gejala lain yang
mungkin ditemukan :
1.
Kulit yang lembab.
2.
Mual dan muntah
3.
Kekakuan sendi
4.
Tanda pneumonia berupa retraksi (revarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi
napas), frekuensi pekak, pneumikus, melemah suara napas melemah dan ronki.
Tanda pada neonatus dan bayi kecil, tanda pneumonia tidak
selalu jelas, efusiplura pada bayi akan menimbulkan pekakperkusi. (Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Paru, 2006).
2.1.6.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan darah menunjukkan leokasistosis dan predominanPMH
atau dapat ditemukan leukoponia yang menandakan prognosis buruk, dapat
ditemukan anemia ringan/sedang.
2.
Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
-
Bercak konsolidasi merata pada bronco pneumonia.
-
Gambaran bronco pneumonia difusi atau infiltrate,
interstisialis pada pneumonia statipilokok.
-
Bercak konsolidasi satulobus pada pneumonia lobaris.
-
Pemeriksaan cairan pleura.
-
Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok,
sekresinasofaring balasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea.
-
2.1.7.
Penatalaksanaan
Terapi pneumonia dilandaskan
pada diagnosis berupa AB untuk mengeradikasi mikroorganisme yang diduga sebagai
kausalnya.
Dalam pemakaiannya AB haus
dipakai pola berpikir “panca tepat” yaitu diagnosis tepat, pilihan AB yang
tepat dan dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang tepat dan pengertian
patogenesis secara tepat. AB yang bermanfaat untuk mengobati kuman intraseluler
disamping ekstraseluler seperti halnya obat golongan makronik.
Dapat dijumpai beberapa
pendekatan terapi :
1.
Anjuran Amerikan Thoracic Society
ATS membagi PK untuk terapi empiris atas 4 kelompok
berdasarkan usia, adanya penyakit dasar yang tempat rawat pasien. Untuk PK<
60 tahun, tanpa penyakit dasar dianjurkan sefalosporin generasi 2, bertalaktam,
anti betalaktamase atau makroid.
2.
Berdasarkan diagnosis empirik kuman penyebab
Dalam memilih AB PK perlu diingkat
3.
Sebanyak 69-100% kuman penyebab PK berapa hemophilusSPP,
staphylococcus sp menghasilkan B laktamase.
4.
Konsentrasi makrolide di jaringan dan paru lebih tinggi dari
plasma tinggi kadarnya dapat mencapai kuel yang cukup untuk mikroplasma,
hemophilus dan staphylococcus, Hb yang dipilih harus mencakup kedua tipe kuman
karena itu pada PK yang berobat jalan dapat digunakan makrolit
(Zulh Dahlan, Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
2.1.8.
Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan
lunak, otitis media, sinusitis, meningitis, purulenta, perikarditis, dan
epiklotis, kejang ditemukan pada infeksi H. influenza tipe B (KapitaSelekta
Kedokteran, Jilid II Edisi III).
2.2.Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan
2.2.1.
Pengkajian Lengkap
1.
Identitas Klien
Biodata meliputi dari nama, umur, suku bangsa, status
perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan
tanggal pengkajian.
2.
Biodata Kesehatan
a.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam beserta batuk
dan flu, sakit kepala, klien tanpak gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak
nafsu makan.
b.
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama
dan sebelumnya juga pernah dirawat.
c.
Riwayat Kesehatan
Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang
sama ataupun mempunyai penyakit keturunan/penyakit menular lainnya.
3.
Data Dasar Pengkajian Pasien
Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi
Penurunan
toleransi terhadap aktivitas
Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya / GJKkronis
Tanda : Takikardia
Penampilan
kemerahan atau pucat
Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
Tanda :
Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Riwayat
Diabetes Mellitus
Tanda : Distensi abdomen
Hiperaktif
bunyi usus
Kulit
kering dengan turgor buruk
Penampilan
kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)
Tanda : Perubahan meneal (bingung, somnolen)
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri
dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
Substernal
(influenza) malgiaarialgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya
tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
Pernapasan
Gejala : Riwayat adanya / ISKkronik, PPOM, merokok
sigarettakipneadispnea, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum : Merah
muda, berkarat atau purulen
Perkusi : Pekakdiatas area yang konsolidasi
Fremitus : Taktis dan vokal bertahap meningkat dengan
konsolidasi gesekan fraksi pleural.
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang
terlibat, atau nafas bronchial.
Warna
pucat atau sianosis bibir/kaku.
Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, misal : SLE AIDS
penggunaan steroid atau kemoterapiinstitusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam (misal
38,5-39,6oC)
Tanda : Berkeringat
Menggigil
berulang, gemetaran
Kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :Riwayat mengalami pembedahan : penggunaan
alkohol kronis
Pertimbangan : DRG :
menunjukkan rerata lama di rawat 6,8 hari
Rencana pemulangan : bantuan
dan perawatan diri, tugas pemelihraan rumah oksigen mungkin diperlukan bila
adokasi pencetus.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X mengidentifikasi
distribusi struktural (misal lobar, brokial) dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empisema (stapilococcus). Infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial) atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih
sering virus) pada pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin basah.
GDR / nadi oksimetri tidak
normal mungkin terjadi tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada pemeriksaan gram/katur sputum dan darah. Dapat diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifibroptik, atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari tipe organisme ada : bakteri yang umumnya
meliputi Diplococcuspneumoniae, Stapilococcus aureus, A.
hemolitiksteptrococcus, haemophilus influenza, (MU catatan kultus sputum
dapatlah mengidentifikasi semua organisme yang ada, kultur darah dapat
menunjukkan bakteremia sementara.
JDL/ lekositosis biasanya
ada meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan
imun seperti AIDS memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial (misalnya pemeriksaan
serologi misal intervirus atau legionella, alkutiumdingin : membantu dalam
membedakan diagnosis)
2.2.2.
Diagnosa Keperawatan Yang
Mungkin Timbul
1.
Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
pengaturan peningkatan produksi sputum
2.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu.
3.
Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
4.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen (hipoventilasi)
5.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)
2.2.3.
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
|
Diharapkan selama pengobatan jalan nafas kembali efektif
|
§
Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
§
Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispneasianosis
|
Mandiri :
§
Kaji
frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada
§
Bantu pasien
latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi
§
Penghisapan
sesuai indikasi
§
Berikan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat,
daripada dingin
Kolaborasi :
§
Bantu mengawasi
efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara
waktu makan dan batasi cairan bila mungkin
|
§
Takipnea,
pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
§
Napas dalam
memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
§
Merangsang batuk
atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
§
Cairan (khususnya
air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
§
Memudahkan
pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada
pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan. Koordinasi
pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk,
pengeluaran sputum
|
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu
|
Selama perawatan 1 x 3 jam gangguan rasa nyeri dapat teratasi
|
§
Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
§
Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur dan peningkatan aktivitas
dengan tepat
|
Mandiri
§
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea.
Peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
§
Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
§
Pantau tanda vital
§
Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi,
musik, tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
§
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk
Kolaborasi
§
Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
|
§
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
§
Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokartidis.
§
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
§
Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lambat dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
§
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
§
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal
kenyamanan/istirahat umum.
|
3
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan toksin
bakteri
|
|
§
Menunjukkan peningkatan nafsu makan
§
Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
|
Mandiri
§
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah, misal sputum banyak,
pengobatan aeorosol, dispnea berat, nyeri.
§
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan
drainase postural, dan sebelum makan.
§
Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
§
Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.
§
Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggangkrekers) dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.
|
§
Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
§
Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual.
§
Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
§
Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang. Distensi abdomen, terjadi sebagai akibat menelan udara atau
menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
§
Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian lengkap
1.
Pengkajian
1)
Biodata / data
biografi :
Nama :
Tn. A
Umur :
35 tahun
Tanggal masuk
: 6 Juni 2010
2) Keluhan Utama / Alasan masuk RS :
Tn. A (35 th) datang ke RS
dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 6 Juni 2010 jam 09.20 wib dengan
keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
3)
Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
§
Faktor pencetus : Klien mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilk
seminggu sebelum masuk RS.
§
Munculnya keluhan (eksaserbasi) : klien
mengatakan sesak napas sejak 5 hari sebelum masuk RS.
§
Sifat keluhan : Klien mengatakan sesak
napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan
aktivitas.
§
Berat ringannya keluhan : Klien
mengatakan sesak napas cendrung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
§
Upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi : Klien mengatakan upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan
istirahat dan minum obat batuk (komix).
§
Keluhan lain saat pengkajian : Klien
juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan,
sehingga terasa lengket di tenggorokan. Klien mengatakan kesulitan bernapas.
Klien mengataka badannya terasa lemah dan ujung-ujung jarinya terasa dingin.
4) Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
§
Klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi terhadap kuman, debu, dll.
§
Klien mengatakan sebelumnya tidak perna
menderita sesak napas seperti ini.
§
Riwayat merokok lebih kurang 1 bungkus
perhari.
5) Riwayat kesehatan keluarga (RKK)
§
Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak
ada anggota keluarga yan menderita penyakit keturunan dan penyakit menular
lainnya, seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, Tb, dll.
Pola
nutrisi dan metabolisme
§
Klien mengatakan ia merasa mual sehingga
tidak nafsu untuk makan, da hanya mampu menghabiskan porsi setiap
kali makan (pagi, siang, malam).
6) Pemeriksaan fisik
§
Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien
tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
§
TTV :
Ø
TD : 130/90 mmHg
Ø
ND : 100 x/i
Ø
RR : 25 x/m
Ø
S
: 38 °C.
§
BB : 58 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi
58 kg)
TB :
167 cm
§
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit
buruk (tidak elastis)
§
Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis
§
Hidung : pernapasan cuping hidung
§
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
§
Thorak / paru
Ø
Inspeksi :
RR : 32 x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+), pernapasan
dangkal, dan retraksi dinding dada tidak ada
Ø
Palpasi :
Fremitus menurun pada kedua paru
Ø
Perkusi :
Redup
Ø
Auskultasi : Bunyi napas bronkial, krekels (+), stridor (+)
§ Vaskular perifer : akral dingin, capilarry refille kembali
dalam 5 detik.
7)
Pemeriksaan penunjang
§
Hasil foto rontgeng : menunjukkan
infiltrasi lobaris (sebagian lobus pada kedua paru)
§
AGD : menunjukkan alkalosis respiratorik
(pH naik, PCO2 turun, HCO3 normal)
§
Pemerikasaan sputum : ditemukan kuman
stapilococcus pneumonia
§
Pemerikasaan darah rutin didapatkan :
Ø
Leukosit = 16.000 / mm
Ø
Hb = 10,5 gr/ dl
Ø
Trombosit = 265.000/mm
Ø
Hematokrit = 44%
Ø
Albumin = 3,01 gr/dl
Ø
Protein total = 5,86 gr/dl.
3.2 Analisa Data
Format Analisa
Data
Nama Klien :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medis :
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
DS :
-
Klien mengatakan susah bernapas
-
Klien mengatakan hidungnya
terganggu dalam bernapas
DO :
-
Klien tampak susah saat bernapas
-
Klien bernapassesekali lewat mulut
-
RR : 35x / menit
-
Skala nyeri : 4
|
Inflamasi (peradangan)
parenkimparu
|
Tidak efektifitasnya jalan
nafas.
|
2
|
DS :
-
Klien mengatakan nyeri pada dada
karena batuk.
-
Klien mengatakan dadanya sering
sakit saat mengambil nafas.
DO :
-
Klien tampak meringis
-
Klien tampak gelisah
-
TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 100
x / menit
RR : 25 x / menit
S
: 38oC
-
BB : 58 kg
-
TB : 167 cm
|
Proses inflamasitrakeabronkial
|
Gangguan rasa nyaman : nyeri
|
3
|
DS :
-
Klien mengatakan kehilangan nafsu
makan
-
Klien mengatakan mengalami mual
dan muntah
DO :
-
Klien tampak cemas dan gelisah
-
Klien tampak pucat
-
TTV :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 120 x/ menit
-
BB: 58 Kg (
turun 2Kg dari 60 Kg menjadi 58Kg).
-
TB:167
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
Gangguan nutrisi
|
3.3
Diagnosa Keperawatan yang
Muncul
1.
Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
pengaturan peningkatan produksi sputum
2.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu.
3.
Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
4.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen (hipoventilasi)
5.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)
3.4
NCP (Nursing Care Planning)
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medik :
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
|
Diharapkan selama pengobatan jalan nafas kembali efektif
|
§
Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
§
Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispneasianosis
|
Mandiri :
§
Kaji
frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada
§
Bantu pasien
latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi
§
Penghisapan
sesuai indikasi
§
Berikan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat,
daripada dingin
Kolaborasi :
§
Bantu mengawasi
efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara
waktu makan dan batasi cairan bila mungkin
|
§
Takipnea,
pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
§
Napas dalam
memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
§
Merangsang batuk
atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
§
Cairan (khususnya
air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
§
Memudahkan
pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada
pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan.
Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk,
pengeluaran sputum
|
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu
|
Selama perawatan 1 x 3 jam gangguan rasa nyeri dapat teratasi
|
§
Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
§
Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur dan peningkatan aktivitas
dengan tepat
|
Mandiri
§
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea.
Peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
§
Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
§
Pantau tanda vital
§
Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi,
musik, tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
§
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk
Kolaborasi
§
Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
|
§
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
§
Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokartidis.
§
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
§
Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lambat dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
§
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
§
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal
kenyamanan/istirahat umum.
|
3
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan toksin bakteri
|
|
§
Menunjukkan peningkatan nafsu makan
§
Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
|
Mandiri
§
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah, misal sputum banyak,
pengobatan aeorosol, dispnea berat, nyeri.
§
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan
drainase postural, dan sebelum makan.
§
Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
§
Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.
|
§
Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
§
Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual.
§
Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
§
Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang. Distensi abdomen, terjadi sebagai akibat menelan udara atau
menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
|
3.5 Evaluasi
Format
Catatan Perkembangan
(Diisi Setiap Hari)
Nama Klien :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medik :
Hari/Tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Jum’at
06 Juni 2010
|
Bersihan jalan nafas tak
efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
|
Jam : 08.00, 20-23 Juni 2010
-
Menjelaskan penyebab terjadinya
gangguan pola
-
Membantu pasien melakukan latihan
nafas
-
Berikan cairan sedikitnya 2.500
ml/hari/kecuali kontra indikasi/tawarkan air hangat dari pada air dingin.
-
Memberikan obat sesuai indikasi
misal : ekspektoran.
-
Berikan cairan tambahan misal IV
oksigen humidifikasi
|
S : Klien
mengatakan nafasnya tidak terlalu sesak lagi
O : RR :
44x/menit
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
|
Jum’at
06 Juni 2010
|
Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasiparenkimparu
|
Jam : 13.00, 20-23 Juni 2010
-
Mengkaji tingkat nyeri, durasi,
lokasi, instensitas nyeri.
-
Pantau terus tanda vital secara
rutin.
-
Memberikan tindakan nyaman :
misalnya pijatan punggung perubahan posisi dan relaksasi.
-
Anjurkan dan bantu pasien dalam
teknik menekan dada selama episode batuk.
-
Memberikan analgesik dan antitusif
sesuai indikasi.
|
S : Pasien
mengatakan nyeri berkurang.
O : Klien
tampak tenang
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi.
|
06 Juni 2010
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan toksin bakteri
|
Jam : 08.00, 20-23 Juni
2010
-
Mengkaji faktor yang menimbulkan
mual dan muntah.
-
Menjadwalkan pengobatan pernapasan
sedikitnya 1 jam sebelum makan.
-
Berikan makanan porsi kecil dan
sering termasuk makanan kering/roti panggang/ dan atau makanan yang menarik
untuk pasien.
-
Mengevaluasi status nutrisi, umur,
ukur berat badan dasar.
-
Memberikan obat penambah nafsu
makan.
|
S : Klien
mengatakan sudah mau makan walaupun sedikit-sedikit.
O : Porsi
yang dimakan bertambah dari 3-5 sendok jadi ½ piring dan mulai mau makan
makanan lain.
A : Masalah
teratasi sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkimparu distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup
bronkulusterminalis dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat yang pada umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, fungi dengan gejala dan tanda batuk non produktif, ingus, suara nafas
lemah, demam ronchi, dll.
Pada penyakit ini dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah radiologi, pemeriksaan cairan
pleura dan pemeriksaan biologi. Penyakit ini merupakan penyakit yang
menyebabkan kematian nomor tiga di Indonesia sehingga pada penanganan
perawatannya harus dilakukan asuhan keperawatan dan keperawatan harus baik dan
benar sehingga dapat menekan jumlah kematian pada penyakit pneumonia dan
pembangun kesehatan dapat terwujud.
4.2. Saran
Di dalam penulisan makalah
ini apabila ada kesalahan maka kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah ini yang akan datang yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
and Suddarth (2005). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges,
ME (2005). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC.
MansjoerArif
(2004). KapitaSelekta Kedokteran. Jakarta
: Media Aesculapius.
Noer,
Syaifullah, dkk (1996). Buku Ajar
Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
TIM
FKUI (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
: FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar