Selasa, 26 Februari 2013

anemia hemolitic

BAB I
PENDAHULUAN
LATARBELAKANG

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolosis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari). Hemolisis berbeda dengan proses penuaan (senescence), yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Hemolisis dapat terjadi dalam pembuluh darah (intravaskular) atau diluar pembuluh darah (ekstravaskuler) yang membawa konsekuensi patofisiologik yang berbeda.
Pada orang dengan sumsum tulang yang normal, hemolis pada darah tepi akan direspon oleh tubuh dengan peningkatan eritropoesis adalh 6 sampai 8 kali normal. Apabila derajat hemolisis tidak terlalu berat (pemendekan masa hidup eritrosit sekitar 50 hari) maka sumsum tulang masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul anemia. Keadaan ini disebut sebagai keadaan hemolisis terkompensasi (compensated hemolytic state). Akan tetapi, jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui maka akan terjadi anemia yang kita kenal sebagai hemolitik.
Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrosit sendiri (intrakorpuskuler), yang sebagia besar bersifat herediter-familier.
Anemia hemolitik karena faktor diluar eritrosit (ekstrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat didapat (acquired).
Di klinik, khususnya penyakit dalam, anemia hemolitik yang paling banyak dijumpai adalah anemia hemolitik autoimun. Agaknya, anemia hemolitik herediter-familier hanya sebagian kecil yang dapat mencapai usia dewasa, sehingga lebih banyak dijumpai di bagian anak.





RUMUSAN MASALAH

Bagaimana konsep dasar penyakit dari Anemia Hemolitik?
Bagaiman konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan anemia hemolitik?


TUJUAN

Agar mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit anemia hemolitik.
Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien gangguan anaemia hemolitik.






BAB II
PEMBAHASAN

ANEMIA HEMOLITIK

2.1Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolosis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari). Hemolisis berbeda dengan proses penuaan (senescence), yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Hemolisis dapat terjadi dalam pembuluh darah (intravaskular) atau diluar pembuluh darah (ekstravaskuler) yang membawa konsekuensi patofisiologik yang berbeda.
Pada orang dengan sumsum tulang yang normal, hemolis pada darah tepi akan direspon oleh tubuh dengan peningkatan eritropoesis adalah 6 sampai 8 kali normal. Apabila derajat hemolisis tidak terlalu berat (pemendekan masa hidup eritrosit sekitar 50 hari) maka sumsum tulang masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul anemia. Keadaan ini disebut sebagai keadaan hemolisis terkompensasi (compensated hemolytic state). Akan tetapi, jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui maka akan terjadi anemia yang kita kenal sebagai hemolitik.
Anemia hemolitik merupakan anemia yang tidak terlalu sering dijumpai tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah tahun 1997, anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder karena keganasan hematologik.


b. Etiologi
Kemungkinan penyebabnya karena keturunan atau salah satu dari beberapa penyakit, etrmasuk leukimia termasuk kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi.
c. Klasifikasi
Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrosit sendiri (intrakorpuskuler), yang sebagia besar bersifat herediter-familier.
Anemia hemolitik karena faktor diluar eritrosit (ekstrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat didapat (acquired).
Di klinik, khususnya penyakit dalam, anemia hemolitik yang paling banyak dijumpai adalah anemia hemolitik autoimun. Agaknya, anemia hemolitik herediter-familier hanya sebagian kecil yang dapat mencapai usia dewasa, sehingga lebih banyak dijumpai di bagian anak.

d. Patofisiologi
Proses hemolisis akan menimbulkan, sebagai berikut :
Penuruna kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh, tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin. Tergantung derajat hemolisis, apabila derajat hemolisis ringan sampai sedang maka sumsum tulang masih dapat melakukan kompensasi 6 sampai 8 kali normal sehingga tidak terjadi anemia. Keadaan ini disebut sebagai keadaan hemolitik terkompensasi (compensated hemolytic state). Akan tetapi, apabila terjadi derajat hemolisis berat maka mekanisme kompensasi tidak dapat mengatasi hal tersebut sehingga terjadi anemia hemolitik. Derajat penurunan hemoglobin dapat bervariasi dari ringan sampai sedang. Penurunan hemoblobin dapat terjadi perlahan-lahan, tetapi sering sekali sangat cepat (lebih dari 2g/dl dalam waktu satu minggu).
Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh. Hemolisis berdasarkan tempatnya dibagi menjadi dua, yaitu :
Hemolisis ekstravaskuler
Hemolisis ekstravaskuler lebih sering dijumpai dibandingkan dengan hemolisis intravaskuler. Hemolisis terjadi pada sel makrofag dari system retikuloendothelial (RES) terutama pada lien, hepar dan sumsum tulang karena sel ini mengandung enzim heme oxygenase. Lisis terjadi karena kerusakan membrane (misalnya akibat reaksi antigen-antibody), presipitasi hemoglobin dalam sitoplasma, dan menurunnya fleksibilitas eritrosit. Kapiler lien dengan diameter yang relatif kecil dan suasana relatif hipoksik akan member kesempatan destruksi sel eritrosit, mungkin melalui  mekanisme fragmentasi.
Pemecahan eritrosit ini akan menghasilkan globin yang akan dikembalika ke protein pool, serta besi yang akan dikembalikan ke makrofag (cadangan besi) selanjutnya akan dipakai kembali, sedangkan protoporfirin akan menghasilkan gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan dengan albumin menjadi bilirubin indirek, mengalami konjungsi dalam hati menjadi bilirubin direk kemudian dibuang melalui empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen dalam fese dan urobilinogen dalam urin.
Sebagian hemogloblin akan lepas ke plasma dan diikat oleh haptoglobin sehingga kadar haptoglobin juga menurun, tetapi tidak serendah pada hemolisis intravaskuler.
Hemolisis intravaskuler
Pemecahan eritrosit intravaskuler menyebabkan lepasnya hemoglobin bebas kedalam plasma. Hemoglobin bebas ini akan diikat oleh haptoglobin (suatu globulin alfa) sehingga kadar haptoglobin akan menurun. Komplek hemoglobin-haptoglobin akan dibersihkan oleh hati dan RES dalam beberapa menit. Apabila kapasitas haptoglobin dilampaui maka akan terjadilah hemoglobin bebas dalam plasma yang disebut sebagai hemoglobinemia. Hemoglobin bebas akan mengalami oksidasi menjadi methemoglobin sehingga terjadi methemoglobinemia. Heme juga diikat oleh hemopeksin (suatu glikoprotein beta-1) kemudian ditangkap oleh sel hepatosit. Hemoglobin bebas akan keluar melalui urin sehingga terjadi hemoglobinuria. Sebagian hemoglobin dalam tubulus ginjal akan diserap oleh sel epitel kemudian  besi disimpn dalam bentuk hemosiderin, jika epitel mengalami deskuamasi maka hemosiderindibuang melalui urine (hemosiderinuria), yang merupakan tanda hemolisis intravaskuler kronik.
Pemecahan eritrosit intravaskuler akan melepaskan banyak LDH yang terdapat dalam eritrosit sehingga serum LDH akan meningkat.
Kompensasi sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoesis. Destruksi eritrosit dalam darah tepi akan merangsang mekanisme biofeedback (melalui eritropoetin) sehingga sumsum tulang meningkatkan eritropoesis. Sumsum tulang normal dapat meningkatkan kemampuan eritropoesisnya 6-8 kali lipat. Peningkatan ini ditandai oleh peningkatan jumlah eritroblast (normoblast) dalam sumsum tulang sehingga terjadi hyperplasia normoblastik. Peningkatan normoblast terjadi pada semua tingkatan, baik normoblast basofilik, normoblast polikromatofilik, ataupun normoblast asidofilik atau ortokromatik. Normoblast sering dilepaskan ke darah tepi sehingga terjadi normoblastemia. Sel eritrosit muda yang masih mengandung sisa inti (RNA) disebut sebagai retikulosit, akan dilepaskan ke darah tepi sehingga terjadi retikulositosis dalam darah tepi. Sel-sel eritrosit warnanya tidak merata (ada sel yang lebih gelap) disebut sebagai polikromasia. Produksi system lain dalam sumsum tulang sering ikut terpacu sehingga terjadi leukositosis dan trombositosis ringan.
Gejala Klinik
Gambaran klinik anemia hemolitik sangat bervariasi disebabkan oleh perjalana penyakit (akut atau kronik) dan tempat kejadian hemolisis (intravaskuler atau ekstravaskuler) sehingga pada umumnya dilihat dari gejala kliniknya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
Anemia hemolitik kronik herediter-familier
Anemia hemolitik akut didapat ( acquired)
Kedua jenis hemolisi ini mempunyai gambaran klinik yang berbeda, dimana anemia hemolitik kronik herediter-familier didominasi oleh gejala akibat hemolisis ekstravaskuler yang berlangsung perlahan-lahan, sedangkan pada anemia hemolitik akut didapat terjadi hemolisis ekstravaskuler massif atau hemolisis intravaskuler. Namun, kedua golongan ini tidak selalu dapat dipisahkan secara tegas (mutually exclusive). Gejala klinik anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Gejala umum anemia (anemic syndrome)
Gejala hemolisis baik ekstravaskuler maupun intravaskuler)
Gejala penyakit dasar (penyebab) masing-masing anemia hemolitik tersebut.




KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesis:
Aktivitas / Istirahat
1).Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
2).Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
3).Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
4).Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
5).Ataksia, tubuh tidak tegak
6),Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
1).Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
2).Palpitasi (takikardia kompensasi)
3).Hipotensi postural
4).Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
5).Bunyi jantung murmur sistolik
6).Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
7).Sclera biru atau putih seperti mutiara
8).Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
9).Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
10.)Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
1).Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
2).Depresi
d. Eliminasi
1).Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
2).Flatulen, sindrom malabsorpsi
3).Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
4).Diare atau konstipasi
5).Penurunan haluaran urine
6).Distensi abdomen
 Makanan / cairan
1).Penurunan masukan diet
2).Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
3).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
4).Adanya penurunan berat badan
5).Membrane mukusa kering,pucat
6).Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
7).Stomatitis
8).Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

f.   Neurosensori
1).Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
2).Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
3).Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
4).Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
5).Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
6).Hemoragis retina
7).Epistaksis
8).Gangguan koordinasi, ataksia
g.  Nyeri/kenyamanan
1).Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
1).Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
2).Takipnea, ortopnea dan dispnea
Keamanan
1).Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
2).Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
3).Transfusi darah sebelumnya
4).Gangguan penglihatan
5).Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
6).Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
7).Limfadenopati umum
8).Petekie dan ekimosis

DIAGNOSA
Perfusi  jaringan b/d  penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.
Kerusakan integritas kulit b/d  defisit nutrisi
Intoleransi aktivitas b/d  ketidakseimbangan  suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

INTERVENSI
Dx 1 : perfusi  jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.


TUJUAN    INTERVENSI    RASIONAL      
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x20 menit pola pernapasan pasien menjadi efektif dengan criteria hasil : menunjukan perfusi  adekuat misalnya tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kepiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa.
    Mandiri          
     Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa dasar kuku.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.



Awasi upaya pernapasan, auskultasi bunyi napas,perhatikan bunyi adventisius.

Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.

Kaji untuk respon ferbal melambat, mudah terrangsang , agitasi, gangguan memori , bingung.
Orientasi atau orientasiakan ulang pasien sesuai kebutuhan . catat jadwal aktifitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berfikir, komunikasi dan aktifitas.
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.



Hindari pengguanan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.


Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalny
Memberikan SDM darah lengkap / packed, produk darah sesuai indikasi . awasi ketat untuk komplikasi transpusi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.    Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
Meningkatkan  ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontra indikasi jika ada hipotensi.
Dispnea, gemericik menunjukkan  GJK karena regangan jantung lama atau peningkatan konpensasi curah jantung.
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan mio kardial atau petensial resiko infark.
Dapat mengindifikasikan gangguan fungsi serabral karena hipoksia atau divisiensi vitamin B12.
Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan atau mempertahankan kebutuhan AKS.

Vasokontriksi ( ke organ vital ) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi ( penurunan pefusi organ ).



Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau pengobatan respon terhadap terapi.







Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen: memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko pendarahan

Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan  sumsum tulang atau anemia aplastik.   



Dx 2:  Kerusakan integritas kulit b/d  defisit nutrisi

Tujuan    INTERVENSI    RASIONAL      
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan integritas kulit kembali normal dengan kreteria hasil turgor kulit pasien elastic, mukosa bibir tidak kering    Mandiri   
Kondisi di pengaruhi oleh sirkulasi,nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dsapat menjadi rapuh dan cendrung untuk infeksi dan rusak.
Meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan atau mempengaruhi hipoksia  seluler.
Area lembab terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organism patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebih dan meningkatkan iritasi.
Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.

Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah atau menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit      
     Kaji integritas kulit , catat perubahan pada turgor , gangguan warna, hangat local, iritema,exkoriasi .

Ubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur.
Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi pengguanaan sabun.



Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
Kolaborasi

Gunakan alat pelindung, mis., kulit domba,keranjang, kasur tekanan udara, pelindung tumit atau siku dan bantal sesuai indikasi.
        

Dx3 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan dengan suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan    TINDAKAN/INTERVENSI    RASIONAL      
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan toleransi terhadap aktivitas peningkatan dengan kreteria hasil px melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)    Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas atau AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan  menyelesaikan tugas
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbanngan gaya jalan, kelemahan otot.


Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap tingkat aktivitas (mis ; peningkatan denyut jantung atau TD, disritmia, pusing, dipsnia, takipnea, dan sebagainya.
Beikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.

Gunakan teknik penghematan energi, misal dengan duduk, dudk untuk melakukan tugas-tugas.

Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.    Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.



Menunjukkan perubahan neurologi karena difisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cedera.
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan.



Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.


Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cedera.
Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada system jantung dan pernapasan.
Membantu bila perlu, harga diri tingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.


Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penytimpangan energi dan mencegah kelemahan.
Regangan atau stress kardiopulmonal berlebihan atau stress dapat menimbulkan dekompensasi atau kegagalan.   



Dx 4 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

TUJUAN/KRITERIA HASIL    TINDAKAN/INTERVENSI    RASIONAL      
     Mandiri          
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi px seimbang dengan kreteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal    Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Observasi dan catat masukan makanan pasien.


Timbang berat badan tiap hari.


Berikan makanan sedikit dan frejuensi sering dan makan diantara waktu makan.

Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.

Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.

Kolaborasi

Konsul pada ahli gizi



Pantau pemeriksaan laboratorium, mis: Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12 asam foalt, TIBC , elektrolit serum.
Beriakn obat sesuai dengan indikasi:
Vitamin dan suplemen mineral, mis: sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (flovite); asam askorbat (vitamin C).
Besi dextarn (IM/IV)
Tambahan besi oral, mis: fero sulfat (feosol); feroglukonat (fergon).
Asam hidroklorida (HCL)




Anti ajmur atau pencuci mulut anestetik jika diindikasi.

Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam sesuai indikasi
Berikan suplemen nutrisi mis: Ensure, Isocal.    Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
Mengawasi masukan kalorinatau kualiatas kekurangan konsumsi makanan.
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas inetrvensi nutrisi.
Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

Meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri mrminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperluakn bila jaringan rapuh/luka/perdarahn dan nyeri berat.

Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutria yang dibutuhakn.


Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan difisiensi yang diidentifikasi.
Diberikan sampai deficit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oarl, atau bial kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oaral menjadi efektif.
Mungkin berguna pada beberapa tipe anemia defisiensi besi.
Mempunyai sifat absorpsi vitamin B 12 selam minggu pertama terapi.

Mungkin diperlukan pada adanya stomatitis/glositis untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan masukan.

Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien.

Meningkatkan masukan protein dan kalori.
   


IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan atas intervensi yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi dari intervensi diatas meliputi:

No. Dx.    Implementasi      
1.    Mengawasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa dasar kuku.
Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Mengawasi upaya pernapasan, mengauskultasi bunyi napas, memperhatikan bunyi adventisius.
Menyelidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
Mengkaji untuk respon ferbal melambat, mudah terrangsang , agitasi, gangguan memori , bingung.
Mengorientasiakan ulang pasien sesuai kebutuhan . Mencatat jadwal aktifitas pasien untuk dirujuk. Memberikan cukup waktu untuk pasien berfikir, komunikasi dan aktifitas.
Mencatat keluhan rasa dingin, mempertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Menghindari pengguanan bantalan penghangat atau botol air panas. Mengukur suhu air mandi dengan thermometer.
Kolaborasi
Mengawasi pemeriksaan laboratorium, misalny
Memberikan SDM darah lengkap / packed, produk darah sesuai indikasi . awasi ketat untuk komplikasi transpusi.
Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Menyiapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.      
2.    Mengkaji integritas kulit , mencatat perubahan pada turgor , gangguan warna, hangat local, iritema,exkoriasi .
Mengubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur.
Mengajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Membatasi pengguanaan sabun.
Membantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
Kolaborasi
Menggunakan alat pelindung, mis., kulit domba,keranjang, kasur tekanan udara, pelindung tumit atau siku dan bantal sesuai indikasi.
      
3.    Mengkaji kemampuan klien untuk melakukan tugas atau AKS normal, mencatat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan  menyelesaikan tugas
Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbanngan gaya jalan, kelemahan otot.
Mengawasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Mencatat respons terhadap tingkat aktivitas (mis ; peningkatan denyut jantung atau TD, disritmia, pusing, dipsnia, takipnea, dan sebagainya.
Memberikan lingkungan tenang. Mempertahankan tirah baring bila diindikasikan. Memantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.
Mengubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Memprioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Memilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
Memberikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Merencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Meningkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
Menggunakan teknik penghematan energi, misal dengan duduk, dudk untuk melakukan tugas-tugas.
Menganjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.      
4.    Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Mengobservasi dan mencatat masukan makanan pasien.
Menimbang berat badan tiap hari.
Memberikan makanan sedikit dan frejuensi sering dan makan diantara waktu makan.
Mengobservasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Memberikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Memberikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
Melakukan konsul pada ahli gizi
Memantau pemeriksaan laboratorium, mis: Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12 asam foalt, TIBC , elektrolit serum.
Memberiakan obat sesuai dengan indikasi.   







EVALUASI
Dx. 1:
Pasien menunjukan perfusi  adekuat misalnya tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kepiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa.
Dx. 2:
Integritas kulit kembali normal
Turgor kulit pasien elastis, mukosa bibir tidak kering
Dx. 3:
Toleransi terhadap aktivitas peningkatan
Dx. 4:
Berat badan px ideal





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolosis. Anemia hemolitik merupakan anemia yang tidak terlalu sering dijumpai tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang tepat. Penuruna kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh, tetapi dapat juga terjadi secara tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin din dalam tubuh.

SARAN
Kita sebagai perawat hendaknya tahu tentang konsep dasar  dari penyakit anemia hemolitik agar kita dapat merumuskan suatu rencana asuhan  keperawatan yang tepat pada  pasien dan juga memberikan HE  pada pasien agar pasien bisa melakukan perawatan secara mandiri di rumah.




DAFTAR PUSTAKA


Buku:
Bakta, I Made.2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC
Doenges,Marilynn E.,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Hoffbrand, A.V.2005.Kapita Selekta Hematologi.Jakarta:EGC
Price&Wilson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Soebroto,Ikhsan.2009.Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia.Yogyakarta:Bangkit

Internet:
www.entdoctor.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar